Thursday, December 15, 2011

Filsafat Pendidikan - Proses Hidup Manusia dan Filsafat Pendidikan

BAB I
PENDAHULUAN

Tidakalah akan didapat dua manusia yang sama jalan kehidupannya dan tidak pula sama kekuatan badan dan akalnya. Tiap orang mempunyai kekuatan sendiri, berlainan kekuatan akalnya sebagaimana berlainan bentuk badannya.

Kita bekerja terus menerus , sejak kita dilahirkan, disudahi setelah kita mati. Pada-Nyalah berdiri kehidupan. Kalau kejadian dan pekerjaan otak itu telah kita perhatikan, kita selidiki pula kehidupan dan pengalaman yang selalu ditempuh manusia dalam hidupnya, dapatlah kita mengerti apa sebabnya hal yang telah lama berlalu masih dapat kita ingat, karena telah ada simpanan dalam perbendaharaan yang bernama benak aatau otak dalam kepala kita.


BAB II
PEMBAHASAN

A. FILSAFAT PENDIDIKAN TENTANG MANUSIA

Manusia sebagai penghuni alam jagat ini ternyata banyak mengikut kepada hukum yang berlaku dialam jagat ini. Namun sebagai makhluk, dia bukanlah sebagai makhluk-makhluk lain. Ia diberi tuhan cirri-ciri khusus untuk membolehkannya memegang jabatan sebagai wakil atau khalifah allah di atas bumi.[1]

Sudah merupakan suatu kenyataan dalam proses kehidupan manusia, bahwa mereka harus melaksanakan tugas-tugas hidup yang dilaksanakan dan ditunaikan dengan baik dan sempurna, sejak zaman kehidupan mereka yang sederhana, dihutan rimba dan digoa batu, atau ditempat lainnya, sampai kehidupan umat abad 21 ini. Didalam kehidupan manusia yang sederhana, mereka bersusah payah dan penuh kesulitan yang beragam dalam menghadapi perjuangan hidup, bersama dengan hewan dan makhluk lainnya dalam memperebutkan makanan dan tempat tinggal.

Kita sebagai orang awam sudah puas dengan jawaban pancaindra, karena sudah menyaksikan dengan mata sendiri, bahwa manusia itu ada. Tetapi, ahli pikir seperti H.V.Loon tidak puas dengan hal demikian. Ia ingin hakikat, yakni hakikat hidup. Yang nyata itu belum tentu benar. Berapa banyak orang yang dikelirukan oleh pandangan mata dan pendengaran telinganya. Tanggapan pancaindra manusia terbatas, oleh karena itu, tidak dapat dijadikan pegangan yang kuat dan meyakinkan. Karena kurang percaya pada alat pancaindra itulah, maka Descartes(1596-1650), Filosof beraliran Rasionalisme yang berkebangsaan Prancis yang dalam usianya yang sudah lanjut mempertanyakan tentang ada atau tidak ada dirinya. Dia bertanya, justru karena dia mengerti barang-barang yang infra human, artinya dibawah taraf manusia, seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan, tidak dapat bertanya karena tidak mengerti. Manusia mengerti, manusia menangkap dirinya. Dalam tangkapan itu, timbullah pertanyaan tentang diri sendiri dan arti hidupnya. Oleh karena itu, wajib bagi manusia menyadari dengan sungguh-sungguh akan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan tadi. Proses pemikiran manusia seperit ini dalam kehidupan manusia, juga mendasari perkembangan filsafat pendidikan atau sebagai dasar filsafat pendidikan. Dalam perkembangan sejarah umat manusia, maka tampillah manusia-manusia unggul yang mengadakan perenungan, pemikiran, penganalisisan terhadap problem hidup dan kehidupan, dan alam semesta.

Proses kehidupan umat manusia pada abad ke-XX telah mengalami perubahan drastis. Pembangunan yang luar biasa dari ilmu pengetahuan dan teknologi telah mendorong kehidupan umat manusia, prosesnya lebih maju 100 tahun dari sebelumnya. Dengan kemajuan teknologi, maka jarak antarbenua terasa semakin dekat, baik melalui hubungan transportasi, telekomonikasi, dan lain-lain. Peristiwa yan terjadi disuatu Negara telah dapat diketahui pada saat itu juga, atau relative cepat diketahui oleh negara lain. Dan masih banyak lagi dalam penggunaan teknologi canggih yang ada dinegara kita, yang semula dianggap mustahil dan ajaib sekarang sudah menjadi barang biasa.


Manusia sebagai makhluk hidup umumnya mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.

1. Organ tubuhnya kompleks dan sangat khusus, terutama otaknya.
2. Mengadakan metabolisme atau penyusunan dan pembongkaran zat, yaitu ada zat yang masuk dan keluar.
3. Memberikan tanggapan terhadap rangsangan ari dalam dam luar.
4. Memiliki potensiuntuk berkembang.
5. Tumbuh dan berkembang.
6. Brinteraksi dengan lingkungannya.
7. Bergerak.

Apabila dibandingkan dengan tubuh hewan tingkt tinggi lainnya, seperti gajah, harimau, burung dan buaya, tubuh manusia lebih lemah. Gajah dapat mengangkat balok yang berat, harimau dapat berjalan cepat, burung dapat tebang, dan buaya dapat berenan cepat. Sekalipun demikian, rohani manusia, yaitu akal budi dan kemauannya, mnusia dapat menggembangkan lmu pengetahuan dan tegnologi. Dengan kedua alat tersebut, manusia dapat menguasai dan mengungguli makhluk lain.

Dalam perspektif filsafat pendidikan, manusia merupakan sumber pengeahuan karena dari manusialah, pendidikan dilahirkan pertama kali, bahkan orang-orang sifi mengatakan, “barangsiapa ingin mengethui ang pencipta, pelajarilah jiwa manusia”,

Manusia memiliki salah satu sifat yang paling esensial, yaitu berpikir, dan lahirnya filsafat pendidikan tentang manusia berasal dari pemikiran manusia tantang jati dirinya yang unik dan misterius.

Adapun fungsi pendidikan tantang manusia adalah ;

1. Meningkatkan pola hidup manusia dimuka bumi
2. Meningkatkan kebudayaan masyarakat dalam merekayasa dan mengengploitasikan alam
3. Meningkatkan kemandirian manusia dalm bertahan hidup
4. Memelihara kelangsungan reproduksi
5. Mewaspadai gejala alam yang akan menimbulkan petaka bagi manusia
6. Memelihara dirinya dari berbagai ancaman penyakit
7. Beradaptasi dengan kondisi alam yang berubah-ubah
8. meningkatkan harkat dan martabat manusia dari sgi penidikan kealaman
9. fungsi ekonomi, politik, agama dan sosial budaya ; dan
10. sarana pengabdian kepada Tuhan.[2]

B. Filsafat Pendidikan

Pendidikan adalah persoalan yang melekat secara kodrati didalam diri manusia. Pendidikan terjadi ketika manusia berinteraksi dengan dirinya, dengan masyarakat, dengan alam dan dengan Tuhan.

Dengan kata lain, hubungan kodrat antara pendidikan dan manusia, pada taraf eksternal, bagaikan hubungan antara jiwa dan badan manusia. Hal 91

Fakta kehidupan demikian mendorong perlunya dibangun kembali filosofi pendidikan yang sesuai dengan kodrat hidup manusia. Dengan filosofi pendidikan baru diharapkan penyelenggaraan pendidikan bisa mengharmonisasikan antara tujuan pendidikan dengan tujuan kehidupan manusia, sehingga jurang pemisah itu bisa juga dijembatani dan jalan menuju perkembangan kehidupan manusia lebih lapang.

Filsafat adalah induk semua bidang ilmu dan disiplin ilmu pengetahuan, dengan sudut pandang yang bersifat komprehensif berupa ‘hakikat’ Artinya, filsafat memandang setiap objek dari segi hakikatnya sedangkan pendidikan adalah suatu bidang studi sekaligus disiplin ilmu pengetahuan yang persoalan khususnya adalah ‘menumbuh kembangkan potensi manusia menjadi semakin dewasa dan matang (maturity human potens)’. Jadi filsafat pendidikan mempunyai persoalan sentral berupa hakikat pematangan potensi manusia.

Tradisi filsafat adalah selalu berpikir dealiktif dari tingkat metafisis disebut aspek ontologi, tingkat teoritis disebut epistemologi, dan tingkat praktis disebut aspek etika.

Jika diterapkan pada kegiatan pendidikan, aspek ontologi adalah proses pendidikan dengan penekana pada pendirian filsafat hidup. Suatu pandangan hidup yang dijiwai nilai kejujuran. Dari filsafat hidup tersebut, diharapkan adanya pertumbuhan dan perkembangan kematangan spiritual, berupa wawasan luas yang menyeluruh dan padu meliputi asal-mula eksistensi, dan tujuan hidup.

Sedangkan aspek epistemology pendidikan menekankan sistem kegiatan pendidikan pada ‘Pembentukan Sikap Ilmiah’, suatu sikap yang dijiwai nilai kebenaran. Dari sikap ilmiah itu, diharapkan adanya pertumbuhan dan perkembangan kematangan intelektual, berupa kreativitas dan keterampilan hidup.

Sedangkan aspek etika pendidikan menekankan pada sistem kegiatan pendidikan pada pengembangan perilaku tanggung jawab, suatu perilaku yang dijiwai oleh nilai keadilan. Dengan perilaku bertanggung jawab ini diharapkan kematangan emosional bisa tumbuh dan berkembang, yaitu kemampuan pengendalian diri untuk tidak melakukan perbuatan yang melampaui batas.

Ketiga taraf sistem kegiatan pendidikan tersebut saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya secara kausalistik. Aspek ontology mendasari aspek epistemology dan aspek epistemology memberikan jalan atau metode kepada aspek etika, sedangkan aspek etika merupakan hasilnya.

Paradigma filosofi pendidikan dipergunakan sebagai landasan penyelenggaraan pendidikan baik didalam keluarga, sekolah, maupun dalam kehidupan masyarakat, dapat diharapkan kehidupan masyarakat bisa diliputi dengan nilai-nilai kejujuran, kebenaran, dan keadilan. Dengan demikian, perkembangan kehidupan masyarakat secara cultural manusiawi diharapkan bisa terwujud. .

C. Ruang lingkup filsafat pendidikan

Ruang lingkup filsafat pendidikan adalah sebagai berikut ;
1. Pendidik
2. Merid atau anak didik
3. Materi pendidikan
4. Perbuatan mendidik
5. Metode pendidikan
6. Evaluasi pendidikan
7. Tujuan pendidikan
8. Alat-alat pendidikan
9. Lingkungan pendidikan


PERANAN FILSAFAT PENDIDIKAN

Proses pendidikan adalah proses perkembangan yang teleologis, bertujuan. Tujuan proses perkembangan itu secara alami ialah kedewasaan, kematangan. Sebab potensi manusia yang paling alamiah ialah bertumbuh menuju ketingkat kedewasaan, kematanga. Potensi ini akan terwujud apabila prakondisi alamiah dan social manusia memungkinkan, misalnya: iklim, makanan, kesehatan, keamanan, relative sesuai dengan kebutuhan manusia.

Apakah makna kedewasaan, kematangan diatas bersifat biologis-jasmaniah, rohaniah(pikir, karsa dan rasa), atau cara moral dalam arti bertanggung jawab, sadar-normatif. Persoalan ini sudah mencakup scope dan pengertian tujuan pendidikan yang harus didasarkan pula atas system nilai dan asas-asas normative suatu kebudayaan, dengan demikian masalah tersebut sudah merupakan bidang filsafat pendidikan. Sebab lebih dari pada hanya perkembangan yang berasas teleologis secara alamiah itu, manusia pun mengandung potensi-potensi human dengan martabat kemanusiaannya. Manusia dengan kodrat human dignity itu, memiliki kesadaran diri (self-existence), potensi piker, rasa dan karsa. Bahkan manusia mempunyai dorongan untuk merealisasi potensi-potensi psikologisini supaya berkembang sebagai satu self-realization dan ideal-self guna berfungsi dan bermanfaat bagi hidup pribadi dan sosialnya.

Manusia kemudian melihat kenyataan, bahwa tidak semua manusia berkembbang sebagaimana diharapkan. Lahirlah didalam pemikiran manusia problem-problem tentang kemungkinan-kemungkinan perkembangan potensi manusia itu. Manakah yang lebih menentukan potensi yang kodrati, faktor-faktor alam sekitar, factor luar, khususnya pendidikan. Tema problem ini memang klasik, karena memang sudah lama ada didalam kontteks filsafat, psikologi, pendidikan, genetika dan sebagainya.


Sesungguhnya adanya aktifitas dan lembaga-lembaga pendidikan merupakan jawaban manusia atas problema itu. Karena umat manusia berkesimpulan dan yakin bahwa pendidikan itu mungkin dan mampu mewujudkan potensi manuusia sebagai aktualitas, mata pendidikan itu diselenggarakan.


Timbulnya problem dan pikiran pemecahannyaitu adalah bidang pemikiran filsafat dalam hal ini filsafat pendidikan. Ini berarti pendidikan adalah pelaksanaan dari pada ide-ide filsafat. Dengan perkataan lain ide filsafat yang member asas kepastian bagi nilai peranan pendidikan bagi pembinaan manusia ttelah melahirkan ilmu pendidikan, lembaga pendidikan dan aktifitas penyelenggaraan pendidikan. Jadi peranan filsafat pendidikan merupakan sumber pendorong adanya pendidikan. Dalam bentuknya yang lebih terperinci kemudian, filsafat pendidikan manjadi jiwa dan pedoman asasi pendidikan.

Ide-ide filsafat pendidikan antara lain:


1. Teori (hukum) Empirisme, yaitu mengajarkan bahwa perkembangan pribadi ditentukan oleh factor-faktor lingkungan, terutama pendidikan.

2. Teori (hukum) Nativisme, yaitu perkembangan pribadi ditentukan oleh hereditas atau factor pembawaan.

3. Teori (hukum) Konvergensi, yaitu perkembangan pribadi ditentukan oleh factor internal (potensi hereditas) maupun factor eksternal (lingkungan, pendidikan).

Filsafat dan pendidikan adalah tak terpisahkan. Filsafat adalah menetapkan ide-ide dan idealism, dan pendidikan merupakan usaha merealisasi ide-ide itu menjadi kenyataan, tindakan, tingkah laku, bahkan membina kepribadian. Tujuan pendidikan ada juga tujuan filsafat-kebijaksanaan, dan jalan yang di tempuh filsafat adalah juga jalan yang dilalui pendidikan-bertanya dan menyelidiki yang dapat membimbing kearah kebijaksanaan.


Fungsi filsafat pendidikan antara lain:

1. Fungsi spekulatif, filsafat pendidikan berusaha mengerti keseluruhan persoalan pendidikan dan antarhubungannya dengan factor-faktor lain yang mempengaruhi pendidikan

2. Fungsi Normatif, sebagai penentu arah, pedoman, filsafat penndidikan memberikan norma dan pertimbangan bagi kenyataan-kenyataan normatif dan kenyataan-kenyataan ilmiah yang pada akhirnya membentuk kebudayaan.

3. Fungsi Kritik, berarti pula analisis dan komparatif atas sesuatu untuk mendapat kesimpulan.

4. Fungsi teori bagi prektek, semua ide, konsepsi, analisa, dan kesimpulan-kesimpulan filsafat pendidikan adalah berfungsi teori. Dan teori ini adalah dasar bagi pelaksanaan/praktik pendidikan. Filsafat memberikan prinsip-prinsip umum bagi suatu praktik.

5. Fungsi Integratif, mengingat fungsi filsafat pendidikan sebagai asas kerokhanian atau rohnya pendidikan, maka fungsi integrative filsafat pendidikan adalah wajar. Artinya, sebagai pemadu fungsional semua nilai dan asas normative dalam ilmu kependidikan.

[1] Hasan langgulung,Manusia dan Pendidikan, Jakarta: Radar jaya Offset,1986,hal 74
[2] Drs. Anas sahudin, filsafat pendidikan Bandung CV Pustaka setia 2011 hal 91

0 komentar:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites