Friday, June 10, 2011

Psikologi Pendidikan - Tinjauan Psikologi Tentang Belajar (Pengertian Tahapan Dan Ragam Belajar)


by Hidayah
BAB I
PENDAHULUAN

Keberhasilan pembangunan suatu negara terutama yang menyangkut Sumber Daya Manusia akan sangat ditentukan oleh bagaimana strategi yang diterapkan untuk mencetak SDM-SDM unggul. Tentu hal ini terkait erat dengan model pendidikan yang digunakan.
Di Indonesia, hingga kini kita masih melihat kelemahan-kelemahan dalam pola pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah. Pola pendidikan teacher/lecturer based learning masih sangat kental dalam berbagai proses pendidikan. Pola pendidikan semacam ini berdampak pada sikap mental anak didik yang tidak mandiri, sulit berkembang dan kurang berani menyatakan pendapatnya. Pola pendidikan semacam ini juga membiasakan kita untuk menajdi konsumen ilmu pengetahuan, bukan produsen ilmu pengetahuan.
Kita harus mengubah paradigma proses belajar mengajar menuju pembelajaran yang student based learning. Artinya di sini pihak yang belajar lah yang menjadi pusat pembelajaran, bukan dosen, guru atau pembimbing akademisnya. Yang dimaksud student bukan hanya mahasiswa atau pelajar tetapi semua pihak yang sedang melakukan proses belajar baik formal maupun non-formal.
Tahap belajar dan ragam belajar erat kaitannya dengan proses belajar yang efektif dan efisien. Dengan tahapan-tahapan yang tepat dan sesuai, maka tujuan belajar yang diharapkan akan tercapai. Sedangkan ragam belajar itu juga sangat diperlukan dalam proses belajar agar tidak ada kata bosan dalam menerima pelajaran, seorang pengajar harus bisa memvariasikan apa yang akan diajarkannya terhadap anak/peserta didik.









BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Belajar, Tahapan, dan Ragam
Belajar adalah kegiatan yang berproses (dari tidak bisa menjadi bisa) dan tahapan itu artinya jenjang, tingkat, atau tarap. Sedangkan ragam itu sendiri berarti sikap/tingkah laku/cara yang tidak hanya satu dan biasanya juga disebut variasi/beragam.
Belajar merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia beradadi sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri. Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi/materi pelajaran. Orang yang beranggapan demikian biasanya akan merasa bangga ketika anaknya telah mampu menyhebutkan kembali secara lisan (verbal) sebagian besar informasi yang terdapat dalam buku teks atau yang diajarkan oleh guru.
Skinner ,seperti yang dikutip Barlow (1985) dalam bukunya Educational Psychology: The Teaching-Learning Proces, berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku )yang berlangsung secara progresif.Pendapat
ini diungkapkan dalam pernyataan ringkasnya,bahwa belajar adalah :”…a process of
progressive behavior adaptation
”. Berdasarkan eksperimennya ,B F .Skiner percaya
bahwa proses  adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila ia
diberi penguat.
Chaplin (1972) dalam Dictionary of Psychology membatasi belajar dengan dua macam rumusan. Rumusan pertama berbunyi: ”…acquistion of any relatifely permanent
change in behavior as a result of practice and experience
” (Belajar adalah proses
perubahan tingkah laku yang relative menetap sebagai akibat latihan dan
pengalaman). Rumusan keduanya adalah  process of acquiring responses as a result of special practice  (belajar ialah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya
latihan khusus).
Hintzman (1978) dalam bukunya The Psychology of Learning and Memory berpendapat bahwa belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme ,manusia atau hewan, disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. Jadi dalam pandangan Hintzman ,perubahan yang ditimbulkan oleh pengalaman tersebut baru dapat dikatakan belajar apabila mempengaruhi organisme.
Pengalaman hidup juga berpengaruh besar terhadap pembentukan kepribadian
organisme yang bersangkutan. Mungkin inilah dasar pemikiran yang mengilhami
gagasan everyday learning (belajar sehari-hari) yang dipopulerkan oleh Profesor Jhon B Bigs. Witting (1981) dalam bukunya Psychology of Learning mendefinisikan belajar ialah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam atau keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman.
Bigs (1991) dalam pendahuluan Teaching for Learning: The View from Cognitive
Psychology
mendefinisikan belajar dalam tiga macam rumusan yaitu: rumusan
kuantitatif, rumusan institusional, dan rumusan kualitatif.
Secara kuantitatif (ditinjau dari sudut jumlah), belajar berarti kegiatan
pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya
.Jadi, belajar dalam hal ini dipandang dari sudut berapa banyak materi yang
dikuasai siswa.
Secara instusional (tinjauan kelembagaan), belajar dipandang sebagai proses
pengabsahan terhadap penguasaan siswa atas materi-materi yang telah dipelajari.
Adapun  pengertian belajar secara kualitatif (tinjauan mutu) ialah proses
memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman  serta cara-cara menafsirkan
dunia di sekeliling siswa.
B.  Tahap-Tahap dalam Proses Belajar
a.    Menurut Jerome S. Bruner
Menurut Bruner, salah seorang penentang teori S-R Bond yang terbilang vokal (Barlow, 1985), dalam proses belajar siswa menempuh tiga episode/tahap, yaitu:
1)   tahap informasi (tahap penerimaan materi);
2)   tahap transformasi (tahap pengubahan materi);
3)   tahap evaluasi (tahap penilaian materi).
Dalam tahap informasi, seorang siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari. Di antara informasi yang diperoleh itu ada yang sama sekali baru dan berdiri sendiri, ada pula yang berfungsi menambah, memperhalus, dan memperdalam pengetahuan yang sebelumnya telah dimiliki.
Dalam tahap transformasi, informasi yang telah diperoleh itu dianalisis, diubah, atau ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau konseptual supaya kelak pada gilirannya dapat dimanfaatkan bagi hal-hal yang lebih luas. Bagi siswa pemula, tahap ini akan berlangsung sulit apabila tidak disertai dengan bimbingan guru yang kompeten dalam mentransfer strategi kognitif yang tepat untuk melakukan pembelajaran materi pelajaran tertentu.
Dalam tahap evaluasi, seorang siswa menilai sendiri sampai sejauh mana inforrmasi yang telah ditransformasikan tadi dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala ataua memecahkan masalah yang dihadapi.
b.    Menurut Arno F Wittig
Menurut Wittig (1981) dalam bukunya Psychology of Learning, setiap proses belajar selalu berlangsung dalam tiga tahapan yaitu:
1)   acquisition (tahap perolehan/penerimaan informasi);
2)   storage (tahap penyimpanan informasi);
3)   retrieval (tahap mendapatkan kembali informasi).
Pada tingkatan acquisition seorang siswa mulai menerima informasi sebagai stimulus dan melakukan respons terhadapnya, sehingga menimbulkan pemahaman dan perilaku baru. Pada tahap ini terjadi pula asimilasi antara pemahaman dengan perilaku baru dalam keseluruhan perilakunya. Proses acquisition dalam belajar merupakan tahapan yang paling mendasar. Kegagalan dalam tahap ini akan mengakibatkan kegagalan pada tahap-tahap berikutnya.
Pada tingakatan storage seorang siswa secara otomatis akan mengalami proses penyimpanan pemahaman dan perilaku baru yang ia peroleh ketika menjalani proses acquisition. Peristiwa ini sudah tentu melibatkan fungsi short term dan long term memori.
Pada tingkatan retrieval seorang siswa akan mengaktifkan kembali fungsi-fungsi sistem memorinya, misalnya ketika ia menjawab pertanyaan atau memecahkan masalah. Proses retrieval pada dasarnya adalah upaya atau peristiwa mental dalam mengungkapkan dan memproduksi kembali apa-apa yang tersimpan dalam memori berupa informasi, symbol, pemahaman, dan perilaku tertentu sebagai respons atau stimulus yang sedang dihadapi.
c.    Menurut Albert Bandura
Menurut Bandura (1977), seorang behavioris moderat penemu teori social learning/observational learning, setiap proses belajar (yang dalam hal ini terutama belajar sosial dengan menggunakan model) terjadi dalam urutan ahapan peristiwa yang meliputi:
1)   Tahap Perhatian (Attentional Phase)
Pada tahap pertama ini para siswa/para peserta didik pada umumnya memusatkan perhatian pada obyek materi atau perilaku model yang lebih menarik terutama karena keunikannya disbanding dengan materi atau perilaku lain yang sebelumnya telah mereka ketahui. Untuk menarik perhatian para peserta didik, guru dapat mengekspresikan suara dengan intonasi khas ketika menyajikan pokok materi atau  bergaya dengan mimik tersendiri ketika menyajikan contoh perilaku tertentu.
2)   Tahap Penyimpanan dalam Ingatan (Retentional Phase)
Pada tahap berikutnya, informasi berupa materi dan contoh perilaku model itu ditangkap, diproses dan disimpan dalam memori. Para peserta didik lazimnya akan lebih baik dalam menangkap dan menyimpan segala informasi yang disampaikan atau perilaku yang dicontohkan apabila disertai penyebutan atau penulisan nama, istilah, dan label yang jelas serta contoh perbuatan yang akurat.
3)   Tahap Reproduksi (Reproduction Phase)
Pada tahap reproduksi, segala bayangan/citra mental (imagery) atau kode-kode simbolis yang berisi informasi pengetahuan dan perilaku yang telah tersimpan dalam memori para peserta didik itu diproduksi kembali. Untuk mengidentifikasi tingkat penguasaan para peserta didik, guru dapat menyuruh mereka membuat atau melakukan lagi apa-apa yang telah mereka serap misalnya dengan menggunakan sarana posttest.
4)   Tahap Motivasi (Motivation Phase)
Tahap terakhir dalam proses terjadinya peristiwa atau perilaku belajar adalah tahap penerimaan dorongan yang da;pat berfungsi sebagai reinforcement, ‘penguatan’ bersemayamnya segala informasi dalam memori para peserta didik. Pada tahap ini, guru dianjurkan untuk member pujian, hadiah, atau nilai tertentu kepada para peserta didik yang berkinerja memuaskan. Sementara itu, kepada mereka yang belum menunjukkan kinerja yang memuaskan perlu diyakinkan akan arti penting penguasaan materi atau perilaku yang diasjikan model (guru) bagi kehidupan mereka.
C.  Ragam-Ragam Belajar
Dalam proses belajar dikenal adanya bermacam-macam kegiatan yang memiliki corak yang berbeda antara satu dengan lainnya, baik dalam aspek materi dan metodenya maupun dalam aspek tujuan dan perubahan tingkah laku yang diharapkan. Keanekaragaman jenis belajar ini muncul dalam dunia pendidikan sejalan dengan kebutuhan kehidupan manusia yang juga bermacam-macam.
a.    Ragam Abstrak
Belajar abstrak ialah belajar yang menggunakan cara-cara berpikir abstrak. Tujuannya adalah untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah-masalah yang tidak nyata. Dalam mempelajari hal-hal yang abstrak diperlukan peranan akal yang kuat di samping penguasaan atas prinsip, konsep, dan generalisasi. Termasuk dalam jenis ini misalnya belajar matematika, kimia, kosmologi, astronomi, dan juga sebagian materi bidang studi agama seperti tauhid.
b.    Ragam Keterampilan
Belajar keterampilan adalah belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik yakni yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot/neuromuscular. Tujuannya adalah memperoleh dan menguasai keterampilan jasmaniah tertentu. Dalam belajar jenis ini latihan-latihan intensif dan teratur amat diperlukan.
c.    Ragam Sosial
Belajar sosial pada dasarnya adalah belajar memahami masalah-masalah dan teknik-teknik untuk memecahkan masalah tersebut. Tujuannya adalah untuk menguasai pemahaman dan kecakapan dalam memecahkan masalah-masalah sosial seperti masalah keluarga, masalah persahabatan, masalah kelompok, dan masalah-masalah lain yang bersifat kemasyarakatan.
d.    Ragam Pemecahan Masalah
Belajar pemecahan masalah pada dasarnya adalah belajar menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, teratur, dan teliti. Tujuannya ialah untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas, dan tuntas. Untuk itu, kemampuan siswa dalam menguasai konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi serta insight (tilikan akal) amal diperlukan.
e.    Ragam Rasional
Belajar rasional ialah belajar dengan menggunakan kemampuan berpikir secara logis dan sistematis. Tujuannya ialah untuk memperoleh aneka ragam kecakapan menggunakan prinsip-prinsip dan konsep-konsep. Jenis belajar ini sangat erat kaitannya dengan belajar rasional, siswa diharapkan memiliki kemampuan rational problem solving, yaitu kemampuan memecahkan masalah dengan menggunakan pertimbangan dan strategi akal sehat, logis, dan sistematis (Rober, 1988).
f.      Ragam Kebiasaan
Belajar kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Belajar kebiasaan, selain menggunakan perintah, suri tauladan dan pengalaman khusus, juga menggunakan hukuman dan ganjaran. Tujuannya agar siswa memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu (kontekstual).
Selain itu, arti tepat dan positif di atas ialah selaras dengan norma dan tata nilai moral yang berlaku, baik yang bersifat religius maupun tradisional dan kultural.
g.    Ragam Apresiasi
Belajar apresiasi adalah mempertimbangkan (judgment) arti penting atau nilai suatu objek. Tujuannya adalah agar siswa memperoleh dan mengembangkan kecakapan ranah rasa (affective skills) yang dalam hal ini kemampuan menghargai secara tepat terhadap nilai objek tertentu misalnya apresiasi sastra, apresiasi musik, dan sebagainya.
Bidang-bidang studi yang dapat menunjang tercapainya tjuan belajar apresiasi antara lain bahasa dan sastra, kerajinan tangan (prakarya), kesenian, dan menggambar.
h.    Ragam Pengetahuan
Belajar pengetahuan (studi) ialah belajar dengan cara melakukan penyelidikan mendalam terhadap objek pengetahuan tertentu. Studi ini juga dapat diartikan sebagai sebuah program belajar terencana untuk menguasai materi pelajaran dengan melibatkan kegiatan investigasi dan eksperimen (Reber, 1988). Tujuan belajar pengetahuan ialah agar siswa memperoleh atau menambah informasi dan pemahaman terhadap pengetahuan tertentu yang biasanya lebih rumit dan memerlukan kiat khusus dalam mempelajarinya, misalnya dengan menggunakan alat-alat laboratorium dan penelitian lapangan.
Contoh: kegiatan siswa dalam bidang studi fisika mengenai “gerak” menurut hukum Newton I. dalam hal ini siswa melakukan eksperimen untuk membuktikan bahwa setiap benda tetap diam atau bergerak secara beraturan, kecuali kalau ada gaya luar yang mempengaruhinya.

















BAB III
PENUTUP
Simpulan
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini
berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat
bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada
di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.
Tahap belajar  menurut Bruner meliputi; 1) informasi (penerimaan
materi); 2) transformasi (pengubahan meteri dalam memory); 3) evaluasi (penilaian
penguasaan materi).
Tahap belajar  menurut Wittig, tahap belajar meliputi: 1) acquisition (perolehan materi); 2) storage (proses penyimpanan); 3) retrieval (memproduksi/mengungkapkan kembali materi dari memori).
Tahap belajar  menurut A. Bandura, tahap-tahap belajar meliputi: perhatian (attentional phase); 2) penyimpanan dalam ingatan (retention phase); 3) reproduksi (reproduction phase); 4) motivasi (motivation phase) yang kemudian menghasilkan kinerja tertentu.
Jenis atau ragam belajar meliputi belajar: 1) abstrak; 2) keterampilan; 3) sosial; 4) pemecahan masalah; 5) rasional; 6) kebiasaan; 7) apresiasi; 8) pengetahuan/studi.





DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Shirotul. Makalah Pendidikan Tentang Proses Dan Tahapan Belajar. http://rizach.blogspot.com/2010/01/makalah-pendidikan-tentang-proses-dan.html. 22 Maret 2011.
Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006.
Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar. Bukit Pamulang Indah: PT Logos Wacana Ilmu, 1999.
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005.

0 komentar:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites